
Menjadi seorang desainer, ataupun freelancer desain lebih tepatnya di negara kita ini memang terkadang mengalami beberapa kendala dalam menentukan harga desain.
Pernah gak sih kamu terbesit, Eh jangan-jangan harga desain saya ini kemahalan nih? Sehingga dengan berat hati kamu akhirnya mengikuti harga pasar yang sebelumnya kamu cari di forum desain sosial media kamu. Dan bukan hal yang tidak mungkin, justru kamu banyak menemukan harga desain yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan upah standar yang kamu terapkan selama ini. Dengan mengesampingkan kualitas dan kemampuan yang kamu miliki sendiri, tentu kamu bisa jadi semakin bimbang.
Atau malah jangan-jangan desain kamu terlalu murah? Sehingga ketika dirasa kamu banyak project, tetapi malah cuma habis terkuras di tenaga, waktu dan otak kamu saja?? Jangankan buat menabung wedding reception yang kamu idamkan, rasa-rasanya realistis saja, untuk mencukupi kehidupan kesendirian kamu saja masih sekedar sebatas cukup.
Nah, bagian inti terpentingnya adalah biaya desain itu tidak gratis! Semua perlu dilakukan proses pekerjaan yang cukup berat untuk seorang desainer untuk dapat menghasilkan desain yang bagus dan tidak sekedar mengambil dari situs-situs gratis yang ada. Makanya semua perhitungan harus sesuai dan tepat. Tentunya antara kedua belah pihak yaa.
Bicara harga, memang menjadi momok sendiri buat desainer. Bisa saja menjatuhkan ataupun malah bisa sebaliknya (Kecuali sudah punya nama besar). Terlebih lagi di negara kita memang harus diakui, pada sebagian masyarakatnya masih belum mampu dianggap sebagai masyarakat sadar desain.
Terlepas dari masalah seperti itu, berikut akan saya coba kulik mengenai harga desain yang mungkin bisa dibuat patokan untuk kamu dalam menentukan harga. Sehingga tidak didapati lagi dan lagi, klien yang ngomel-ngomel melulu karena merasa telah membayar mahal, namun tidak mendapatkan realita yang sesuai.
Surianto rustan dalam bukunya bisnis desain, (2015) menyebutkan bahwa harga adalah salah satu bentuk value (nilai) yang diberikan atau dipasang pada sebuah entitas (bisa produk, jasa, acara, tempat, atau orang dan lain-lain). Value tersebut merupakan harapan atau perkiraan kepuasan yang akan di dapat oleh si pembeli bila ia membeli entitas tersebut.
Om Surianto Rustan juga berpendapat mengenai harga lebih luas lagi, yaitu harga pada umumnya dinyatakan besarannya dalam mata uang (rupiah, dollar, euro, dan lain sebagainya). Dalam bisnis desain, portofolio, pengalaman kerja, keahlian, reputasi, branding desainer juga memiliki value selayaknya uang dan berpotensi menghasilkan uang akan tetapi secara tidak langsung.
Masih, diambil dari buku bisnis desain.
Terdapat faktor yang dapat mempengaruhi harga dalam bisnis desain, antara lain:
- Biaya dan Pengeluaran
- Supply and Demand (Ketersediaan dan Permintaan)
- Persepsi Konsumen
- Persaingan
Sedangkan,
beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi penetapan harga dalam bisnis desain, antara lain:
- Besar-Kecil Klien.
- Meeting Dengan Klien.
- Branding Desainer.
- Sikap Klien.
Cara Menetapkan Harga Desain
- Tarif per Jam.
Tarif per jam adalah cara penetapan tarif jasa pembuatan desain berdasarkan waktu yang terpakai dalam mengerjakan sebuah proyek desain.
Ada empat langkah yang dapat dipakai untuk menghitung tarif kerja per jam:
Hitung semua pengeluaran per tahun.
Langkah ini adalah menghitung semua pengeluaran yang dilakukan oleh desainer, meliputi sewa tempat kerja, kontrakan rumah, peralatan kerja, makan dan minum, pakaian, rekreasi, komunikasi, pendidikan, media pembelajaran, desain dan promosi, transportasi, asuransi, dan lain sebagainya. Misalnya pengeluaran seorang desainer dalam satu tahun adalah Rp. 60.000.000,-
Hitung jam kerja per tahun.
Jam kerja per tahun adalah jumlah waktu yang dilakukan desainer dalam mengerjakan sebuah proyek desain dalam setahun. Jam kerja satu proyek tidak menghitung jam kerja yang digunakan proyek lainnya dan hari-hari libur.
Misalnya jam kerja per hari adalah 5 jam, maka jam kerja dalam satu tahun berarti 5 jam X 300 hari kerja = 1500 jam kerja per tahun.
Ada empat langkah yang dapat dipakai untuk menghitung tarif kerja per jam:
Hitung semua pengeluaran per tahun.
Langkah ini adalah menghitung semua pengeluaran yang dilakukan oleh desainer, meliputi sewa tempat kerja, kontrakan rumah, peralatan kerja, makan dan minum, pakaian, rekreasi, komunikasi, pendidikan, media pembelajaran, desain dan promosi, transportasi, asuransi, dan lain sebagainya. Misalnya pengeluaran seorang desainer dalam satu tahun adalah Rp. 60.000.000,-
Hitung jam kerja per tahun.
Jam kerja per tahun adalah jumlah waktu yang dilakukan desainer dalam mengerjakan sebuah proyek desain dalam setahun. Jam kerja satu proyek tidak menghitung jam kerja yang digunakan proyek lainnya dan hari-hari libur.
Misalnya jam kerja per hari adalah 5 jam, maka jam kerja dalam satu tahun berarti 5 jam X 300 hari kerja = 1500 jam kerja per tahun.
Hitung tarif dasar per jam sebelum laba.
Tarif dasar per jam sebelum laba adalah batas terendah di mana pada angka tersebut seorang desainer bisa menutupi biaya hidupnya, tetapi tidak mendapat laba. Cara menghitungnya total pengeluaran per tahun dibagi jam kerja bertahun.
Misalnya Rp. 60.000.000 ÷ 1500 jam kerja = Rp. 40.000 per jam.
Menambah laba pada tarif dasar per jam.
Dengan menambahkan laba pada tarif dasar per jam maka didapatkanlah sebuah tarif kerja per jam. Misalnya tarif dasar per jam sebesar Rp. 40.000 + Rp.20.000 = Rp. 60.000. Tarif per jam inilah yang mendasari perhitungan harga seorang desainer.
Setelah mendapatkan tarif per jam, maka dalam sebuah proyek hanya tinggal menghitung berapa jam yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah proyek dikalikan tarif per jam seorang desainer. Ini adalah tarif untuk mengerjakan desain saja belum termasuk cetak dan lain sebagainya. Yang perlu diperhatikan di sini adalah bagaimana menghemat waktu secara efisien agar bisa mengerjakan proyek lain dan menambah portfolio, bukan mengulur waktu agar tarif per jam terus bertambah.
Tarif dasar per jam sebelum laba adalah batas terendah di mana pada angka tersebut seorang desainer bisa menutupi biaya hidupnya, tetapi tidak mendapat laba. Cara menghitungnya total pengeluaran per tahun dibagi jam kerja bertahun.
Misalnya Rp. 60.000.000 ÷ 1500 jam kerja = Rp. 40.000 per jam.
Menambah laba pada tarif dasar per jam.
Dengan menambahkan laba pada tarif dasar per jam maka didapatkanlah sebuah tarif kerja per jam. Misalnya tarif dasar per jam sebesar Rp. 40.000 + Rp.20.000 = Rp. 60.000. Tarif per jam inilah yang mendasari perhitungan harga seorang desainer.
Setelah mendapatkan tarif per jam, maka dalam sebuah proyek hanya tinggal menghitung berapa jam yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah proyek dikalikan tarif per jam seorang desainer. Ini adalah tarif untuk mengerjakan desain saja belum termasuk cetak dan lain sebagainya. Yang perlu diperhatikan di sini adalah bagaimana menghemat waktu secara efisien agar bisa mengerjakan proyek lain dan menambah portfolio, bukan mengulur waktu agar tarif per jam terus bertambah.
- Tarif per Proyek (Flat Rate)
Misalnya seorang desainer sedang mendapatkan proyek untuk membuat desain stationery. Desainer yang berpengalaman sudah tahu berapa jam waktu yang diperlukan untuk mengerjakan proyek tersebut, misalnya 5 jam X tarif per jam Rp. 60.000 = Rp. 300.000. Selain itu berdasarkan pengalaman juga, seorang desainer juga bisa langsung memperkirakan kisaran tarif per proyek pengerjaan desain-desain sejenis. Apabila desain stationery Rp. 300.000, desain lain yang sejenis seperti brosur diperkirakan sebesar Rp. 500.000, kartu nama Rp. 300.000, dan desain iklan majalah Rp. 700.000.
Jadi, pada dasarnya penetapan tarif per jam maupun tarif per proyek bukan merupakan penetapan tarif berdasarkan perkiraan tanpa dasar. Keduanya merupakan hasil perhitungan matang dengan banyak faktor-faktor penentu untuk dipertimbangkan.
Semoga Bermanfaat.
" Murah Tapi Mengecewakan, Mahal Tapi Memuaskan. Masih Mau Minta Desain Gratis? "
informatif. Rincian perhitungan biaya nya juga cukup mudah dimengerti dan mudah diterapkan. Terima kasih.
ReplyDeleteSemoga bermanfaat yaa
Delete