
Masa-masa setelah lulus SMA
itulah masa penentuan dimana kita dihadapkan dengan lika-liku pilihan hidup
yang atidak sulit menurut saya. Nikah atau Kerja?? Yakni suatu pilihan untuk
melanjutkan proses belsajar ke tingkat universitas. Ehh bukan yaa, saya kira mah setelah lulus SMA mau langsung nikah saja.
Memang untuk sebagian dari kita, mungkin melanjutkan proses pendidikan di
bangku universitas terasa berat. Karena pada kenyataannya memang biaya
pendidikan di tingkat tersebut sangat mencekik urat nadi. Tapi kalo kamu semua
mengerti, sebenarnya cukup banyak program dari pemerintah yang bisa dimanfaatin
masyarakat kalangan kebawah seperti saya ini buat melanjutkan bangku
pendidikan.
Ya, gini-gini saya juga pernah
merasakan program bantuan pendidikan dari pemerintah lhoh! Alhamdulillah yahh, rejeki anak sholeh mah kata Mang Ujang.
Lika-liku awal dalam tulisan saya kali ini yakni tentang salah satu program
studi atau biasa dibilang prodi, di tingkat universitas yang sangat keren, dan
menjadi perbincangan setelah lulus dalam waktu ini, serta dapat dibangtidakan
menurut saya pribadi. Ya banggalah, kan
saya juga alumni prodi ini juga.
Adalah Prodi DKV. Bagi
teman-teman sekalian, mungkin nama prodi ini sudah tidak asing lagi yaa. Prodi
yang memang saat ini sedang banyak diminati dan menjadi keresahan di kalangan
pelsajar muda sekarang. Atau mungkin juga masih belum tahu dan belum seterkenal
pas seperti dulu pertama kali saya mengambil pilhan prodi ini dengan sangat
percaya diri? Pe-De karena bingung mau
milih apaan lagi sih. Memang pas pertama kali saya mendengar prodi ini juga
sangat asing di telinga, dengan rataan passing grade yang masih belum tinggi.
Bahkan sampai teman, hingga guru-guru saya juga semuanya bingung program studi
apa sih itu?
Jadi sekalian saja disini, saya
jelaskan secara jelas. DKV sebenarnya adalah singkatan beken dari Desain
Komunikasi Visual. Terkadang ada juga yang menyingkat dengan Deskomvis. Prodi
yang saat pertama kali saya dengar namanya, yang ada difikiran saya yakni prodi
semacam teknologi informatika. Maklum saja saat tahun-tahunnya saya mendaftar
perguruan tinggi kesana kemari, prodi tersebut adalah yang paling diminati di
kalangan sebagian anak cowok zaman saya. Terdengar keren semacam prodi
teknologi informatika, membuat saya semakin yakin dengan pilihan prodi yang
akan saya ambil. Ibarat kata, sudah ketutup pintu hati saya ini buat
prodi-prodi yang lain.
Saya terus-menerus mencari
informasi mengenai Prodi DKV, namun saat itu memang belum banyak informasi yang
menyangkut mengenai prodi DKV. Alhasil, saya mendapati dengan minim informasi
mengenai prodi DKV. Sedapat saya, infomasi yang ada yakni kurikulum program
studi yang sampai saat ini belum update di website resmi universitasnya. Jadi
setahu saya, saat itu DKV yaa desain grafis. Apa itu desain grafis? Desain
grafis ya DKV. Berarti saya bakalan jago
edit gambar dong, termasuk bikin foto-foto syurrr juga. Hehehe. Saya akan
bisa membuat website keren, saya akan menjadi tukang foto, tukang membuat film,
dan yang pasti saya tidak akan bertemu pelsajaran matematika, dengan sekelompok
pelsajaran sains yang beraninya keroyokan.
Maklum saja saat SMA, saya masuk
dalam prodi IPA, hebat juga kan saya
ini... Jadi, saat ada salah seorang teman saya yang menanyakan saya memilih
prodi apa? Saya dengan lantang menjawab, “DKV”! Dengan nada atidak songong, pasang muka sombong walaupun muka emang
jelek,pas-passan. Jadilah saya semakin Pe-De, padahal sih karena daftar passing grade yang jauh beda juga dengan
prodi sebelah tadi, saya mantapkan hati untuk memilih di prodi ini.
Singkat cerita saya diterima di
salah satu Universitas Negeri di Jawa Tengah, di program studi DKV, Desain
Komunikasi Visual. Namun, ternyata hal ini adalah awal dari sakit segala sakit
jiwa yang akan saya alami nantinya. Idihhh
seremm banget sob! Semua pikiran indah saya akan program studi ini sempat
terbantahkan sesaat, begitu tahu ternyata prodi ini ada satu atap di Jurusan
Seni Rupa!
Masa Ospek saya jalani dengan
penuh tekanan, batin saya serasa sudah ingin cabut saja dari raga saya. Gimana tidak
tekanan batin, saya yang pendiam, polos, rajin dan sedikit ganteng, kata emak saya, ketemu dengan para kakak
senior Jurusan Seni Rupa yang berpenampilan..errghht banget deh! Kamu semua udah pada bisa bayangin mereka kayak
gimana. Namun ternyata bukan hanya saya saja yang merasa seperti ini. Pengalaman
ini juga diterima teman-teman seangkatan saya. Walaupun saat itu mereka terlihat
sok kuat dan tegar plus baru cerita begitu mereka sudah lama menempuh
pendidikan di Jurusan Seni Rupa Program Studi DKV ini.
Yess! DKV yang saya bayangin
ternyata tergabung dalam prodi senirupa. Alamakkkk!!
Kan saya tidak jago gambar! Saya beri gambaran, pilihan saat itu hanya ada
maju berdarah, atau mundur masuk ke dalam jurang! Lambat laun dengan penuh
perjuangan saya jalani satu semester di prodi ini. Kuliah yang dulu saya
bayangkan akan langsung menggunakan komputer digital, dan jago edit ini-itu,
musnah di semester-semester awal. Bahkan tak sedikit teman-teman seangkatan
saya, yang memilih mundur dari prodi ini. Saya sendiri sangat mengerti bagaimana
rasanya mereka yang memilih mundur dari prodi ini.
Jadi jangan kaget bagi kamu yang
memilih prodi DKV ini, dan bertemu dengan hal-hal asing yang seperti saya
rasain tempo dulu. Karena pada umumnya, DKV dalam Universitas Negeri tergabung
dalam prodi Seni. Namun hal ini biasanya tidak berlaku untuk universitas
swasta. Karena pada dasarnya, DKV merupakan cabang dari ilmu seni.
Nah setelah pengalaman pahit saya
rasakan di semester-semester awal, saya memiliki sedikit wacana untuk
sobat-sobat saya semua, yang mungkin berkeinginan masuk kedalam Prodi DKV.
Berikut merupakan hal-hal yang menurut saya hanya ada di dunia DKV. Hal-hal
baru yang kamu alami saat masuk di prodi DKV:
Biaya Yang Harus Kamu Keluarkan Tidak Sedikit.
Karena seorang mahasiswa prodi
DKV perlu banyak sekali perlengkapan untuk menunjang segala tugas yang akan
dikerjakan selama perkuliahan. Seperti misalnya, kamu bakal mengeluarkan
tabungan kamu untuk membeli lima buah cat poster merek sak*ra yang bisa habis dalam sekali pertemuan karena dipakai,dan
diminta bareng-bareng oleh teman kamu.
Tugas Yang Datang Keroyokan.
Tugas yang datang keroyokan, akan
membuat kamu sering begadang, membuat kamu tahu dan akhirnya menjadi ketagihan
sama secangkir kafein. Membuat kamu menjadi akrab sama satpam komplek
kosa-kosan, sob! Dari banyaknya tugas ini, kamu akan mengerti caranya bekerja
sama, berorganisasi bersama teman-teman kamu, terutama disaat-saat ujian
berlangsung. Tahu kan maskud saya...
Hanya Anak DKV Yang Tahu Mata Kuliah Ini.
Yess! Seperti Nirmana Dwimatra,
Nirmana Trimatra, Patung, Ukir, Batik...percaya deh, itu hanya kamu saja
sebagai anak DKV yang tahu dan merasakan untuk di ceritakan ke anak cucu kamu
nantinya. Jurusan lain??mana punya!
Punya Teman-Teman Yang Kompak.
Sudah tidak lagi namanya saling jaim
alias jaga imej (image). Pokoknya
asyik, dan pastinya akan bisa membuat suasana kelas menjadi seru deh!
Tampilan Cuek Ciri Khas Mahasiswa Prodi DKV.
Nahh..sekarang kamu bakalan tahu,
kenapa dulu saat kamu ospek bertemu dengan kakak-kelas yang tampilannya
ternyata hampir sama seperti diri kamu yang sekarang ini kan? Pelajaran
berikutnya yang diambil, adalah jangan menilai seseorang dari rambut bahkan
tattonya saja.
Itu adalah sedikit cerita awal
yang saya pernah rasakan ketika masuk ke Prodi DKV. Pengalaman saya ini akan
menjadi bermanfaat bagi sobat semua yang berkeinginan untuk melanjutkan jenjang
pendidikan di Prodi Desain Komunikasi Visual. Tulisan saya ini bisa dijadikan
pedoman buat kamu, sebelum menentukan masa depan kamu. Karena bagaimanapun
pilihan tersebut dapat menentukan keberhasilanmu di masa mendatang.
Semoga bermanfaat.
“Setahu saya, DKV yaa Desain Grafis. Desain Grafis yaa, DKV!”
Mantap...
ReplyDeletenewbie ijin berbagi bang. terimakasih
Delete